بِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ
اللهم صل على محمد وآل محمد
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
BAYI DIHUMBAN DARI TINGKAT 5! PECAH KEPALA..
'ANGKARA MANUSIA BERTOPENGKAN IBLIS'!!
KUALA LUMPUR: Kekejaman jenayah buang bayi ibarat mencapai tahap kemuncak apabila seorang bayi lelaki yang masih bertali pusat ditemui mati dengan kepala berkecai dipercayai akibat dicampak dari tingkat lima sebuah pangsapuri di Sentul Utara.
Bayi berkenaan dipercayai masih hidup sebelum dicampak. Dipercayai bayi itu dibawa seseorang ke tingkat lima pangsapuri berkenaan berdasarkan kesan darah yang ditemui di tangga bangunan itu. Penduduk yang menemui mangsa, Ahmad Azhari, 34, berkata ketika itu dia baru meletakkan keretanya di tempat letak kenderaan di bawah pangsapuri berkenaan. Menurutnya, ketika berjalan menuju rumahnya, dia melihat benda seakan-akan bayi terbaring di tepi tong sampah di atas jalan.
“Saya pada mulanya menyangka benda itu anak patung, namun pelik apabila melihat ada kesan darah. Saya kemudian berjumpa jiran yang berada berdekatan dan menyuruhnya memeriksa objek itu dan terkejut apabila mendapati ia mayat bayi,” katanya ketika ditemui di tempat kejadian.
Jirannya, Mokhtar Ahmad berkata, ketika melihat mayat bayi itu dari dekat, hatinya amat tersentuh kerana terdapat kecederaan teruk pada kepala bayi itu. Tak sangka ada manusia tergamak melakukan perbuatan kejam ini,” katanya yang melaporkan kejadian itu kepada polis!
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal." - Surah Al-Hujuraat [49]:13
Malulah jika mengaku Islam, tetapi tidak memahami kasih sayang sebenarnya.
Sedih melihat saudara-saudari yang kebanyakan Muslim tetapi meyakini hari tertentu sebagai simbol kasih sayang.
Semoga itu hanyalah kerana minimumnya ilmu - daif terhadap ajaran.
Semoga diberi kekuatan dan semangat untuk mengkaji dan mengaji sehingga menjadi faham dan terkumpul dalam lingkungan orang yang soleh.
Padahal jika kita lebih jauh mengenal Islam, sesungguhnya Islam adalah agama yang penuh kasih sayang.Tahukah bahawa hari kasih sayang Islam versi Rasulullah Muhammad SAW?
Fathu Makkah, yang diabadikan dalam Al Qur'an sebagai Fathan Mubiiina (kemenangan yang nyata) terjadi pada bulan Ramadan, tepatnya pada tanggal 10 Ramadan tahun ke-8 Hijriyah.
Pasukan Islam dari Madinah masuk ke kota Makkah dengan damai tanpa peperangan.
Diizinkan Allah memperoleh kemenangan besar. Ribuan tawanan musuh diberi amnesti massal... Rasulullah berpidato kepada ribuan tawanan perang.
"...hadza laisa yaumil malhamah, walakinna hadza yaumul marhamah,wa antumut thulaqa...."
Wahai manusia, hari ini bukan hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang, dan kalian semua merdeka kembali ke keluarga kalian masing-masing.
Pasukan Islam mendengar pidato itu merasa terkejut juga.
Berjuang hidup mati, diperhinakan sekian lama; tetapi ketika kemenangan sudah di genggaman, musuh pula dibebaskan.
Itu pun belum cukup. Rasulullah SAW memerintahkan rampasan perang dan pelbagai harta benda dan ribuan unta diberikan kepada para tawanan.
Sementara itu pasukan Islam tidak memperoleh apa-apa.
Mereka mengeluh dan memprotes. Mereka dikumpulkan dan Muhammad SAW bertanya: "Sudah berapa lama kalian bersahabat denganku?"
Mereka menjawab; sekian tahun, sekian tahun.
"Selama kalian bersahabat denganku, apakah menurut hati kalian aku ini mencintai kalian atau tidak mencintai kalian?"
Tentu saja sangat mencintai.
Rasulullah SAW mengakhiri pertanyaannya:
"Kalian memilih mendapatkan unta atau memilih cintaku kepada kalian?"
Menangislah mereka kerana cinta Rasulullah SAW kepada mereka; cinta yang tidak boleh dibandingkan dengan bumi dan langit.
"Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri. - H.R. Bukhari
Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan erti kasih sayang terhadap umat manusia.
Rasulullah saw. bersabda :
"Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lebih dari tiga hari." (HR. Muslim).
Di sini jelas bahawa kita dianjurkan sekali untuk saling menjaga dan menghargai antara satu sama lain sebagai tanda kasih sayang.
Dalam hadis Nabi SAW :
"Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak boleh tidur) dan demam (panas dingin)." - HR. Muslim
Bahkan dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi melalui Anas ra. Nabi SAW bersabda :
"Tidak akan masuk syurga kecuali orang yang penyayang."
Jadi jelas bahawa yang masuk surga itu hanyalah orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang yang tanpa dibayangi dengan niat-niat jahat.
Rasa kasih sayang yang diniatkan kerana Allah, bukan kerana keuntungan dan kesenangan duniawi.
Makna kasih sayang tidaklah berhujung, sedangkan rasa kasih sayang adalah sebuah fitrah yang mesti direalisasikan terhadap sesama anusia sepanjang kehidupan di dunia ini ada.
Ini bererti bahawa Islam tidak mengenal waktu, jarak dan tempat akan sebuah kasih sayang baik terhadap teman, sahabat, kerabat, dan keluarganya sendiri.
Sebuah kisah lain yang menarik ketika Amr bin Ash menaklukkan kota Mesir.
Saat itu datanglah seekor burung merpati di atas khemahnya.
Melihat kejadian ini, kemudian Amr bin Ash membuat sangkar untuk merpati tersebut di atas kemahnya.
Dia pun tidak mhau mengganggunya dan dibiarkan burung merpati itu hidup bersama sangkar yang telah dibuat.
Maka kota itu dinamakan sebagai kota fasthath (khemah).
Jelaslah bahawa ajaran Islam sangat menjunjung tinggi kasih dan sayang.
Kita perlu mencontoh teladan Nabi SAW dan para sahabat dalam perkara ini.
AJARAN Islam tentang kasih sayang telah lama di kumandangkannya dengan sempurna dan indah. Namun, kebanyakan dari manusia tidak menyadari apa arti sesungguhnya dari kasih sayang itu sendiri, sehingga dapat terhenti dan menyimpang dari aturan-aturan yang telah di firmankan oleh Allah SWT dan sabda-sabda Rasul-Nya. Sebagaimana syair yang mengatakan, “mawaddatuhu taduumu likulli haulin, wa hal kullun mawaddatuhu taduumu”, kasih sayangnya (manusia) selalu kekal untuk segala hal yang menakutkan, dan apakah setiap orang itu kasih sayangnya selalu kekal. (Jawaahirul Balaaghah:407). Hal ini karena tidak diniatkan semata karena Allah yang tidak dijadikan sebagai ladang amal bahkan hanya untuk memperoleh keuntungan dan kesenangan duniawi saja.Makna kasih sayang tidaklah berujung, sedangkan rasa kasih sayang adalah sebuah fitrah yang mesti direalisasikan terhadap sesama sepanjang kehidupan di dunia ini ada, tentunya dalam koridor-koridor Islam. Ini berarti bahwa Islam tidak mengenal waktu, jarak, dan tempat akan sebuah kasih sayang baik terhadap teman, sahabat, kerabat, dan keluarganya sendiri.
Rasulullah saw. bersabda, “Man laa yarhaminnaasa laa yarhamhullaah” Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya. (H.R. Turmudzi). Dalam hadis tersebut kasih sayang seorang Muslim tidaklah terhadap saudara se-Muslim saja, tapi untuk semua umat manusia. Rasulullah saw. bersabda, “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi.” Wahai Rasulullah, “Semua kami pengasih,” jawab mereka. Berkata Rasulullah, “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia).” (H.R. Ath-Thabrani). Bahkan, bukan hanya kepada manusia saja ajaran Islam yang tinggi ini telah mengajarkan bagaimana kasih sayang terhadap hewan dan tumbuhan yang harus direalisasikan. Abu Bakar Shiddiq r.a. pernah berpesan kepada pasukan Usamah bin Zaid, “Janganlah kalian bunuh perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil. Jangan pula kalian kebiri pohon-pohon kurma, dan janganlah kalian tebang pepohonan yang berbuah. Jika kalian menjumpai orang-orang yang tidak berdaya, biarkanlah mereka, jangan kalian ganggu.” Sebuah nasihat ini walau dalam keadaan untuk perang, ajaran Islam tetap memancarkan kasih sayangnya terhadap manusia, hewan, dan tumbuhan. Sebuah kisah lain yang menarik ketika Amr bin Ash menaklukkan kota Mesir, saat itu datanglah seekor burung merpati di atas kemahnya.
Melihat kejadian ini, kemudian Amr bin Ash membuat sangkar untuk merpati tersebut di atas kemahnya. Tatkala ia mau meninggalkan perkemahannya, burung dan sangkar tersebut masih ada. Ia pun tidak mau mengganggunya dan dibiarkan burung merpati itu hidup bersama sangkar yang ia buat. Maka kota itu dijuluki sebagai kota fasthath (kemah).
Jelaslah bahwa ajaran Islam sangat menjunjung tinggi akan kasih sayang. Kita perlu mencontoh teladan Nabi saw. dan para sahabatnya yang benar-benar merealisasikan makna kasih sayang yang tanpa batas itu, tentunya untuk mencapai keridaan Allah semata yang bukan untuk mencari kesenangan dunia. Maka memang pantas bahwa Islam dikatakan sebagai agama rahmatan lil ‘alamiin. Sifat kasih sayang adalah termasuk akhlak yang mulia yang dicintai Allah. Sebaliknya Allah sangat membenci akhlak yang rendah. Di antaranya kepada orang-orang yang tidak memiliki rasa belas kasih sayang. Ditegaskan hadis Rasulullah saw., Laa tunza’ur rahmatu illaa min syaqiyyin. Rasa kasih sayang tidaklah dicabut melainkan hanya dari orang-orang yang celaka.
(H.R. Ibn. Hibban).
Yang dimaksud dengan orang celaka adalah orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang di dalam hatinya baik untuk dirinya maupun orang lain. Di sinilah perlunya kita bermuhasabah, bertafakur, apakah diri ini sudah benar menjalani hidup. Bagaimana kita mengasihi dan menyayangi ciptaan Allah sebagai akhlak yang mulia. “Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah, Dia mencintai sifat pemurah, dan Dia mencintai akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah.” (H.R. Na’im melalui Ibnu Abbas r.a.).
Cinta kepada Allah
Di antara manusia banyak yang cinta dan mencintai Allah, tapi lebih banyak yang mencintai dunia. Mencintai Allah adalah fardu bagi kaum Muslimin dan Muslimat yang bukan sekadar dikata saja. Dan jika kita benar-benar mencintai Allah secara kesungguhan hati, maka proses “rasa kasih sayang” untuk makhluk ciptaan-Nya akan terbentuk dalam hati kita. Selain itu, jati diri kita sebagai seorang Muslim akan tampak lebih kokoh serta mampu menjalani syariat-syariat Islam yang diridai dan di berkahi oleh Allah SWT. Cinta kepada Allah adalah hal yang utama, sebagai jalan untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat dengan melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya. Cinta kepada Allah hendaklah melebihi cinta kepada segala yang maujud yang selain Allah. Mencintai Allah berarti juga mencintai Rasul-Nya, yakni mengikuti segala petunjuk Rasul dengan sepenuh-penuhnya. Firman Allah SWT, “Katakanlah (hai Muhammad), ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran [3]:31). Ketahuilah, kehidupan akhirat adalah kehidupan yang lebih baik dan kekal.
والله أعلم بالصواب
Wallahu A’lam Bish Shawab
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)